Pada dasarnya dua jenis minuman ini merupakan bagian dari upakara (bahan) persembahyangan dimana digunakan untuk pelengkap persembahan kepada Bhuta Kala atau mahkluk ciptaan Tuhan (bagi kepercayaan Hindu) yang sering mengganggu kehidupan manusia apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh mereka.
Oleh karena itu bagi sebagian orang di Bali, meminum dua jenis minuman ini tidaklah baik disamping karena mengganggu kesehatan, juga akan menimbulkan persepsi bahwa orang itu derajatnya sama dengan Bhuta Kala dan akibat yang ditimbulkan apabila mereka mabuk. Tidak hanya benda yang akan menjadi sasaran, tetapi orang bahkan sesuatu yang berharga pun akan menjadi korban. Tuak merupakan minuman yang di sadap dari pohon enau yang di didiamkan beberapa jam. Adakalanya tuak ini terasa manis dan tidak memabukkan. Namun sebagian besar orang-orang mengenal tuak yang memabukkan. Arak merupakan minuman yang berasal dari perasan air tape bera/beras ketan selanjutnya cairan tersebut akan di fermentasikan. Pengkonsumsian minuman ini sangat dilarang oleh pemerintah.
Dua jenis minuman ini sangat tidak baik untuk kesehatan, dimana para peminumnya akan diintai oleh beberapa penyakit seperti lever. Sudah banyak korban yang berjatuhan dan pemerintah pun hanya mengijinkan kedua minuman itu digunakan untuk kegiatan upacara. Tetapi hal ini hanyalah menjadi aturan tersendiri bagi sebagian masyarakat. Mereka tetap mengkonsumsi kedua minuman ini bersama-sama dengan beberapa orang..
Namun arak ataupun tuak, bagi sebagian orang sudah layaknya teman akrab yang senantiasa menemani disaat senang dan susah. Kenapa bisa dikatakan begitu, ya bisa lah... Di saat orang sedang berada dalam masalah, sedih atau patah hati, arak atau tuak bisa dijadikan sarana untuk melampiaskan semua itu, mereka beranggapan bahwa dengan menenggak minuman ini, mereka berharap bisa melupakan sejenak masalah yang ada dan semuanya akan baik-baik saja, begitu anggapan mereka...
Sebaliknya, disaat orang bahagia, senang, atau sedang mendapat rejeki misalnya, tak sedikit orang mecurahkan rasa bahagianya itu dengan mengumpulkan beberapa family/keluarga dan teman-teman terdekat mereka untuk bersama-sama menikmati kegembiraan yang sedang didapat. Tentunya, dengan sebotol atau lebih arak atau tuak...Mantap...
Seperti yang saya lihat dan alami, sebagai keluarga pendatang disana, sudah tidak aneh lagi menemukan hal seperti itu. Hal seperti itu yang dimaksud ya tentu saja bagaiman konsumsi Arak atau Tuak itu sudah menjadi kebiasaan yang mutlak yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Sungguh ironisnya, dan tak pernah mengenal waktu, dimana ada 2 orang saja atau lebih bisa ditemani sebotol arak atau tuak, bisa dibayangkan, bagaimana peran arak atau tuak itu sendiri dalam keseharian mereka...
Sebagai seorang yang harus bergaul dan belajar beradaptasi di lingkungan tersebut, mau tidak mau harus berkecimpung dan menyelami kebiasaan mereka...salah satunya ya bisa menenggak minum arak ataupun tuak...hehehe
Perut mual, kepala pusing nyut-nyutan, dan juga muntah sudah terlanjur sering dirasakan karena itulah bebrapa efek setelah meminum arak atau tuak (yang pastinya karena berlebihan). "Minum" ga mabuk ya kurang nikmat, kurang apa ya... pokoknya minum ya harus mabuk..titik...begitu lho...
Tak bisa disangkal, kadang "minum" disaat acara kumpul-kumpul sangatlah nikmat. Lebih plong...kita bisa jadi lebih santai, yang tadinya pendiem jadi bisa banyak omong, pokoknya ngobrol itu jadi nyambung dan lucu...
Namun, cuma seahun saja saya "aktif" dalam pergaulan seperti itu, hingga akhirnya harus melanjutkan kuliah di Denpasar, jadi semakin jarang pulang kampung dan jarang lagi menikmati masa seperti setahun yang telah berlalu...
Semua orang pasti tahu arak dan tuak itu berbahaya bagi kesehatan tubuh sesorang yang mengkonsumsinya. Tapi mereka seakan tak peduli. Mabook lagi...akh mabok lagi...
Hidup dan mati, ada di tangan Tuhan....h a h a
argumentasi...nice try...keep moving...bisa ditambahin informasi tentang kandungan arak itu sendiri pak ?
BalasHapus